Pembelajaan tematik
adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
- Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
- Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
- Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
- Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
- Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
- Siswa lebih bergairah belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran
lain;
- Guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus
dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
B. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
1. Landasan filosofis dalam
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu: (a) progresivisme, (b) konstruktivisme, dan (c) humanisme.
- Aliran progresivisme yang
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
- Aliran konstruktivismeyang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences)
sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan
adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa
yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya.
- Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis. Dalam
pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan
peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi
dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan yuridis. Dalam
pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V
Pasal 1-b).
C. Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan
pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by
doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman
belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran
tematik antara lain: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2)
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama; (4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5)
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan (6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) Dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata
pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan, (2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan
yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai
sarana atau alat, bukan tujuan akhir, (3) Pembelajaran menjadi utuh
sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang
tidak terpecah-pecah. (4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran
maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,
D. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
- Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
- Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
- Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam
pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
- Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran
tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
- Bersifat fleksibel. Pembelajaran
tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
- Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
- Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Sumber:
Diambil dari: Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang
============